Sabtu, 03 September 2011

+++suka duka para siswa di sabu raijua dalam menuntut ilmu (1)+++

*kaki minta ampun, kulit hitam pekat*

berjalan kaki bagi anak sekolahan di sabu raijua adalah olahraga yang harus dilakoni sepanjang pagi dan siang. jarak tempuhnya berkilo-kilo meter. mereka tetap tegar hanya untuk menimba ilmu dan mengusir kebodohan demi masa depan dihari kelak. walaupun dipaksa harus berjalan begitu jauh dari rumah ke sekolah tapi mereka tak pernah terlambat. patut diberi apresiasi.
joey rihi ga,menia

kalau mau uji fisik bagi para pelajar, mari bertanding dengan anak sekolah di sabu raijua. kalau disuruh berjalan kaki mereka pasti menang. kalau melihat ciri fisik mereka anak sekolah di sabu gampang sekali. tinggal melihat betisnya yang besar dan mukanya hitam pekat berarti dia adalah pelajar. bukan petani. tapi dalam menempuh dunia pendidikan, kuatnya jalan kaki bukan menjadi syarat untuk sesorang bisa lulus atau berhasil dalam sekolahnya. bagi mereka yang telah lulus ujian jalan kaki hingga akhirnya berhasil lulus sekolah kini sudah banyak sekali yang menjadi orang-orang sukses. penderitaan mereka pada waktu sekolah dengan berjalan kaki sambil menenteng jerigen berisi air telah membuat mereka menjadi anak-anak petarung dalam dunia kerja. ambil saja contoh seperti bupati sabu raijua saat ini marthen dira tome. dia adalah salah satu anak sabu yang waktu sekolah harus berjalan kaki. anehnya disana, walaupun harus masuk kelas jam tujuh pagi tapi tidak ada murid yang terlambat, walaupun mereka berada ditempat paling jauh dari sekolahnya. mereka jago dalam mengatur waktu. untuk bangun pagi mereka tak perlu jam wekwr seperti anak kota. weker mereka adalah suara kokok ayam dan kicauan burung. mereka harus cepat bangun dan berlari menuju kali untuk mandi, lalu tanpa sarapan pagi sudah harus bekerka keras denan mengukur panjangnya jalan menuju sekolah. bayangkan mereka pergi sekolah tidak sarapan, tapi tetap skuat untuk berjalan pulang dentan sengatan matahari yang mengganas di pulau gersang tersebut. beruntung bagi mereka yang rumahnya dekat sekolah atau yang orang tuanya ada kuda atau sepeda motor. mereka masih bisa bisa menyelamatkan betis mereka dari rasa sakit yang menikam hingga kepala akibat rasa lelah berjalan kaki. demikian juga kulit mereka masih bisa sedikit terang karena tidak terlalu terbakar sinar matahari. kalau jaman dulu anak-anak sabu malas sekolah karena memang letak sekolah yang sangat jauh sehingga mereka lebih memilih untuk menjaga kambing atau kerbau mereka di padang. lagian pikir mereka buat apa sekolah tinggi-tinggi toh nanti juga hanya menjadi tukang iris tuak. ada juga yang harus berbohong kepada orang tua mereka dan tidak sampai sekolah karena rasa lapar yang menggoda sehingga harus kembali ke rumah atau bersekolah dibawah pohon tanpa guru alis alpa sekolah. memang pada akhirnya mereka harus menyesal karena menjadi orang yang tidak berpendidikan. tapi apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. namun jaman sudah berubah, pola pikir anak-anak maupun orang tua sudah berubah. mereka sudah sadar bahwa pendidikan itu sangat penting untuk menata masa depan yang lebih baik. merka sudah tahu kalau anak yang sekolah bisa memilki kesmpatan yang lebih besar dalam dunia kerja. itulah kenapa, saat ini hampir semua anak-anak sudah bersekolah. yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang adalah kalau mau sekolah maka harus siapkan kaki yang kuat untuk berjalan. belum lagi jumlah sekolah di sabu raijua belum merata kalau sekolah lanjutan atas. memang sekarang sekolah menengah pertama sudah ada di semua kecamatan. tapi kalau mau lanjut ke SMA maka harus kuat jalan kaki kalau tidak mau tinggal dengan orang lain. SMA hanya ada di sabu barat dan sabu timur. kalau anak-anak dari mehara,liae, sabu tengah dan raijua mau sekolah di SMA maka mereka harus berjalan kaki lebih jauh dari kecamatan mereka menuju kedua kecamatan yang ada SMA nya. itu kalau mereka tidak mau tinggal di rumah orang lain. itu sebabnya ketika anak-anak sabu telah melanglang buana ke rantau orang, maka mereka seperti lupa pulang. mereka menjadi orang-orang yang tekut, ulet dan giat dalam melakoni pekerjaan yang diembannya. mereka secara perlahan lahan mulai melupakan tempat mereka belajar yang ada dalam ingatan mereka hanyalah susahnya jalan kaki waktu sekolah. menghadapi ujian nasional didepan mata kiranya semangat jalan kaki yang membuat kulitnya hitam menjadi pemicu bagi mereka untuk lebih giat belajar dalam menghadi ujian nasional bisa berhasil.

+++suka duka para siswa di sabu raijua dalam menuntut ilmu (2)+++

*tak pernah lihat buku cetak, tangan lelah menulis*

walaupun dunia pendidikan sudah terbilang maju, tapi di sabu raijua masih belum bergeming dari are keterbatasan. salah satunya buku cetak atau buku mata pelajaran yang harusnya dimiliki sorang anak sekolah tidak pernah menjadi milik mereka. imbasnya mereka harus menulis hingga tangah kelelahan. semua mata pelajaran wajib dicatat dan para guru harus rajin mendikte.
joey rihi ga, menia.

jika berkunjung di sekolah-sekolah didaratan sabu raijua, suasana hening disaat pelajaran sangat terlihat. kalau ada guru yang sementara mendikte pelajaran dari satu-satunya buku cetak yang dimilki sang guru maka itulah kebiasaan disekolah-sekolah di sabu. buku cetak adalah barang mahal bagi mereka. padahal itu adalah kebutuhan yang mesti dimiliki oleh anak-anak sekolah. mencatat setiap pelajaran yang diberikan oleh guru dengan cara mendikte dari muka kelas adalah pekerjaan sehari-hari bagi anak sekolah. jangan bilang untuk foto copy buku cetak kepunyaan guru sebab selain tak memilki uang, biasanya para guru memang menuntut anak sekolah harus mencatat mata pelajaran dari buku cetak yang dibaca guru didepan kelas. biasanya para guru juga mengambil kesempatan pada saat anak-anak mencatat. jadi kalau malas mengajar didepan kelas maka tinggal menyruh salah satu siswa untuk mendikte bagi teman-temannya. kemudian mereka harus menulis di buku sekolahnya. lalu para gurunya kemana? mereka bisa bersantai-santai di raungan guru. apakah model pembelajaran seperti ini cukup mendidik dan membuat anak cerdas dan mengerti betul setiap meta pelajaran? pasti para guru saja yang bisa menjawab. mungkin itu pula jika ada para guru yang berkesempatan untuk pesiar di kupang dengan berbagai alasan. mereka tak terlalu kuatir sebab mereka sudah mentipkan buku cetak satu buah untuk dicatat para murid hingga tuntas sambil menunggu kepulangannya dari kupang. itu juga sebabnya jika ada perbedaan yang mencolok antara anak pintar di sabu dengan anak pintar di kota. mereka boleh jura di sabu tapi kalau sudah giliran mengikuti test di kupang misalnya untuk masuk perguruan tinggi atau test masuk SMA jangan heran kalau mereka banyak yang harus dikalahkan anak sekolah di kota. karena memang model pembelajaran yang berbeda. anak di kota wajib memiliki buku cetak oleh gurunya. kalau tak bisa beli bisa meminjam punya teman untuk difoto copy. karena memang mereka menganggap itu adalah kebutuhan. biasanya para guru akan memeriksa catatan setiap siswa apakah mereka benar-benar mencatat atau tidak. bagi yang tidak tentu akan diberi ganjaran. setelah para murid mencatat barulah guru mulai mejleaskannya kepada para siswa. itu juga kalau mereka masih punya sedikit saja rasa rajin. kalau tidak maka mencatat pelajaran dari buku cetak saja itu sudah cukup bagi guru dan para siswa. lantas bagaiman mereka mengerti kalau hanya pandai mentatat tapnpa diberi penjelaan dari sang tuan guru?. ini adalah kenyataan dunia pendidikan di sabu raijua. mereka minim buku cetak yang dapat menunjang mereka lebih cepat mengerti sebuah pelajaran. memang keprihatinan soal minimnya buku cetak bagi anak sekolah di sabu raijua pernah mendapat perhatian sebuah perkumpulan anak anak sabu di rantau orang. mereka kemudian menamakan diri sebagai perkumpulan peduli pendidikan sabu. mereka lalu mengumpulkan buku cetak bekas pakai lalu dikirim buat anak-anak sekolah. mereka sungguh senang ketika dibagikan buku cetak oleh penjabat bupati sabu raijua yang waktu itu diminta untuk melakukan penyerahan buku secara simbolis di SD GMIT bolou II sabu timur. kalau mereka senang itu tandanya mereka masih berharap pada setiap orang sabu yang ada dimana saja dan telah menjadi sukses agar bisa memberi mereka buku cetak sekalipun itu hanya buku bekas. dipenghujung waktu menghadapi ujian nasional tahun ini kiranya setiap kekurangan yang ada di sabu raijua khususnya dunia pendidikan tidak menjadi kendala untuk menorehkan prsetasi kelulusan yang memuaskan. paling tidak lebih baik dari tahun lalu. memang langkah untuk mengantisipasi ujian nasional telah ditempuh oleh bupati sabu raijua marthen dira tome. dia telah bergandengan tangan dengan para pakar seperti kebamoto untuk melakukan bedah SKL. mudah-mudahan ini akan menjadi semacam angin segar bagi para guru untuk menularkannya pada para siwsa sehingga kelulusan tahun ini bisa meningkat. semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar