Sabtu, 03 September 2011

SUSI AIR : Pesawat Susi Air di Bandara Terdamu Seba, Sabu Raijua

Membuka isolasi ke Sabu Raijua lewat transportasi udara dan laut (1)

Bangga melihat NBA dan Susi air menghias angkasa Sabu Raijua.

Satu satunya pesawat terbang yang menghiasi angkasa pulau sabu seminggu sekali,  hanya pesawat Merpati jenis Cassa,sebelum Sabu menjadi wilayah otonom. Namun seiring Sabu-Raijua  mulai menggeliat dalam pembangunan dan aktifitas pemerintahannya, merpati tak datang lagi, dan telah berganti rupa dalam Nusantara Buana Airlines (NBA). Tidak cukup dengan pesawat bersubsidi ada lagi pesawat reguler bernama Susi Air yang merambah angkasa Sabu.walaupun harga tiketnya sedikit mencekik namun telah menolong orang Sabu dengan penerbangan tiap hari. Mau ke Sabu sekarang??? asal ada uang bisa setiap hari !!!
JOEY RIHI GA,Menia.

Bagi orang Sabu, uang adalah masalah yang kesekian jika sudah berniat ingin ke Kupang. Entah itu karena kedukaan atau karena sakit, maka berapapun harga tiket pesawatnya mereka pasti bisa membeli. Mereka sudah banyak makan asam garam soal transportasi dari dan menuju Sabu. Mulai dari perahu layar yang memakan waktu cuckup lama di lautan hingga kapal motor yang hanya menghabiskan waktu semalam dalam perjalan. Kini walalupun ada layanan kapal Fery, tapi pesawat terbang tetap menjadi kebutuhan bagi mereka yang punya kepentingan cepat atau hanya sekedar merasakan bagaimana terbang bersama burung besi bernama pesawat. Bangga adalah perasaan yang terlihat ketika hendak berangkat atau datang dengan pesawat. Dulu pesawat hanya milik para pejabat dan orang kaya di Sabu. Hanya mereka yang bisa terbang diatas udara pulau Sabu. Namun saat ini, era itu telah berlalu. Tukang iris tuak atau petani rumput lautpun, asal punya uang untuk beli tiket, maka sudah bisa merasakan naik pesawat. Ini memang suatu langkah maju dalam bidang transportasi bagi pulau seukuran Sabu. Bagaimana tidak sekarang penerbangan ke Kabupaten yang baru berusia 14 bulan ini sudah setiap hari dilayani pesawat reguler bernama Susi air. Pesawat bersubsisdi yang diberikan Pemerintah pusat yakni NBA tidak cukup mengakomodir kepentingan orang Sabu dalam hal transportasi udara.Bahkan kalau ada lagi pesawat reguler, seperti transnusa atau merpati yang melirik potensi pasar di Sabu Raijua tentu saja orang Sabu akan semakin senang. Memang kehadiaran pesawat yang sudah lancar adalah salah satu solusi dalam membuka isolasi kepulau Sabu dan sebaliknya. maklum jika cuaca tak bersahabat maka para nahkoda kapal akan merasa gemetar melintasi laut Sabu yang terkanal sebagai laut terdalam di NTT. Kalau tiket pesawat terbangnya sulit didapat pada pesawat reguler karena memang penumpangnya yang antri cukup banyak, maka saat ini sudah ada penerbangan susi air, yang memberi solusi walapun dengan tiket yang lumayan mahal. Kalau ada yang bilang bahwa tiket pesawat bersubsidi NBA hanya dimonopoli para pejabat, orang Sabu tak mau mengeluh. Sebab keluhan mereka hanya menjadi nyanyian angin yang nyaris tak terdengar. Maklum di Sabu orang berduit dan orang berpangkat masih memiliki kuasa dan dianggap lebih dari yang lain. Belum lagi, ada yang memang sengaja menunjukkan kalau mereka punya kuasa dan punya uang. Padahal Pemerintah Pusat berniat memberi subsidi karena mengingat masyarakatnya yang masih hidup dibawah garis kesejahteraan, maka siapa yang paling banyak menumpang NBA itu tandanya dia juga rakyat yang hidup di bawah garis kesejahteraan. Atau bisa juga dengan sengaja mencuri kesempatan yang seharusnya milik masyarakat.Jika ini yang terjadi lantas siapa yang pantas disalahkan? apakah Agennya atau para pejabat yang mondar-mandir menggunakan pesawat bersubsidi? keduanya sama sama punya kepentingan. agen butuh uang para pejabat butuh tiket.maka terjadilah simibosis mutualisme yang menghimpit dan mematikan rakyat kecil. "setiap ada penerbangan NBA pasti ada pejabat yang terbang kalau kita rakyat kecil maka susah mencari tiket. bahkan agen akan beralasan bahwa sudah full hingga sebulan. seakan akan pesawat itu adalah milik nenek moyangnya yang dia atur seenak perutnya tanpa berpikir bahwa pesawat bersubsisdi itu adalah untuk masyarakat kecil. kalau pejabat ya, mereka bisa pake pesawat reguler,"Ujar salah satu tokoh masyarakat di seba yang tak mau namanya dikorankan.
Bagi orang Sabu, sudah bersyukur kalau sekarang sudah ada dua penerbangan yang melayani rute Sabu tanpa berpikir ada monopoli atau permainan. mereka tetap bangga dan memberikan apresiasi kepada penerbangan yang sudah berkenan membuka tabir isolasi transportasi yang telah berkarat sekian lama. Kalau ada penerbangan lain lagi yang ingin merambah Sabu maka mari bersaing dalam keadalian dan kejujuran demi majunya Sabu Raijua.(bersambung)




BERLABUH: KM AWU saat berlabuh di pelabuhan Biu Sabu Timur


Membuka isolasi ke Sabu Raijua lewat transportasi udara dan laut (2-habis)

Saat fery diterpa gelombang, kapal Awu siap menantang badai

Tangi Loni Wila ngade lay kowa Lodo Ratu Djo, adalah sepenggal syair kesediahan dalam lagu sakral yang diharamkan untuk dinyanyikan oleh orang Sabu. Lagu tersebut berkisah tentang tangisan seorang wanita Sabu yang bersedih hati tak kala ketinggalan perahu layar yang hendak pergi ke tanah seberang. Rupanya syair dalam lagu itu tidak lagi terjadi sekarang sebab orang Sabu tidak lagi sulit untuk menyeberang kemanapun dari pulaunya yang gersang. Sudah ada ferry,ada KM Awu dan ada juga pelayaran perintis. inikah pertanda sebuah daerah mengalami kemajuan? jika demikian maka harapan leluhur bahwa Sabu adalah pulau idaman apakah akan terwujud dalam bingkai transportasi yang kian lancar????
JOEY RIHI GA,MENIA

Transportasi menuju Sabu Raijua, saat ini sudah demikian lancar, sekalipun kadang jadwal pelayaran kapal fery sering terkendala cuaca, namun seiring dengan masuknya armada pelni yakni KM Awu maka badai yang menjadi halangan bisa dilewati.dengan daya angkut yang cukup memadai maka jangan heran kalau penumpang Sabu begitu berjubel dengan KM Awu ketika ferry tidak beroperasi.Herannya setiap layanan transportasi mulai dari pesawat terbang hingga kapal laut penumpang sabu selalu full.
Bagi penumpang yang membawa barang bawaan yang cukup banyak atau membawa kendaran roda dua, atau roda empat maka mereka lebih memilih naik kapal penyeberangan ferry dibanding naik kapal Awu. Walau demikian, bukan tidak ada penumpang yang juga menggunakan KM awu.Dulu sebelum ada Awu maka sekalipun hujan badai datang, kalau ferry tetap beroperasi maka orang Sabu tetap akan berangkat. Tapi sekarang mereka sedikit lebih punya alternatif, karena selain ferry sudah ada Awu dan pesawat setiap hari. Memang layanan rute Sabu sangat berpengaruh dengan kondisi cuaca sehingga jika angin kencang atau gelombang tinggi maka tentu rute sabu akan dibatalkan apalagi dengan kondisi sekarang yang mana cuacanya tidak menentu.Niat orang Sabu Raijua untuk mandiri dan terpisah dari Kabupaten Kupang, adalah untuk menikmati layanan yang seharusnya mereka rasakan, sebab dengan menjadi Kabupaten otonom tentu perhatian dari Pemerintah dalam berbagai aspek akan mengarah kesana. Coba saja Sabu masih sebatas kecamatan yang berada dibawah kekuasaan Kabupaten Kupang, mana mungkin ada ada dua penerbangan sekaligus yang masuk ke pulau yang terpencil itu. Bahkan pesawat sudah ada yang terbang tiap hari. Demikian juga dengan pelayaran mana mungkin ada kapal bertonase besar seperti Awu yang akan menyinggahinya. Bahkan untuk melihat dari dekat Sabu Raijua maka menteri perhubungan Fredy Numberi, sempat melakukan kunjungan singkat bersama Gubernur NTT beberapa lalu. Untuk memajukan sebuah wilayah maka hal yang cukup berpengaruh adalah layanan transportasi yang lancar dan memadai sehingga memudahkan akses bagi orang yang ingin berusaha atau mananam investasi di sabu raijua. bagi orang yang sudah terbiasa berlayar dengan kapal ferry milik ASDP gelombang dan angin kencang mungkin sudah bersahabat tapi bagi yang tidak terbiasa tentu itu sebuah perjalanan yang cukup melelahkan dan membosankan. Sebab selain karena kapalnya tidak terlalu kondusif untuk melayari lautan luas kalau tidak disebut samudra penumpang didalamnya cukup berjubel sehingga tidak memberi rasa nyaman bagi penumpangnya. Namun ditengah pergumulan tersebut Pemerintah Pusat lewat Pemerintah Provinsi dan Pemkab Sabu Raijua akhirnya berhasil membawa sebuah kapal besar untuk menyinggahi pelabuhan biu di Kecamatan sabu Timur. Tinggal sekarang bagaimana masyarakat mempergunakan layanan transportasi tersebut untuk membangun pulau yang dicintainya. Jangan sampai dengan transportasi yang demikian mudah dan lancar malah membuat orang-orang Sabu lebih mudah untuk meninggalkan pulaunya untuk merantau ke negeri orang. Sebab orang Sabu memang dikenal sebagai suku pengembara sejak jaman dulu dan ketika mereka menemukan tempat yang lebih baik maka dengan cepat melupakan pulaunya. Nah kalau itu yang terjadi jangan heran jika nanti yang membangun pulau Sabu ternyata adalah orang dari luar dan bukan anak sukunya sendiri hanya karena mereka terlampau dimanjakan oleh transportasi yang kian mudah. Semoga ini tidak terjadi, sebab kalau ini sampai kejadian maka tentu akan ada lagi syair lagu kesedihan dalam bentuk lain yang meminta orang Sabu untuk kembali membangun pulaunya seperti syair lagu, bole ballo rai di, rai due nga donahu(jangan pernah melupakan bumi kita bumi lontar dan nira). semoga!!!(habis)






1 komentar: