Sabtu, 03 September 2011

 TRADISIONAL : Para petani di Sabu masih membajak sawah menggunakan tenaga kerbau,, jauh dari sentuhan teknologi.

Mengintip kehidupan petani menghadapi anomali cuaca di Sabu Raijua.(1)

Mayang lontar menjadi kering, garampun ikut mencair

Tahun 2009 dan 2010 menjadi tahun yang cukup sulit bagi warga Sabu. Entah itu sebuah ujian atau memang kehendak alam. Orang Sabu tak mampu memberikan jawaban pasti. Yang jelas musim tanam kemarin telah mengantar mereka ke pintu gagal panen bahkan gagal tanam, dan tahun ini kembali anomai atau penyimpangan cuaca membuat mereka semakin terpuruk dalam penderitaan. Kenapa? karena musim iris tuak tiba-tiba turun hujan. Dampaknya, mayang lontar menjadi kering dan garam masyarakat turut mencair.....
JOEY RIHI GA,Menia

Berawal dari bocornya pipa minyak Montara milik Australia merupakan awal kisah sedih bagi masyarakat Sabu Raijua. Mereka harus mengurut dada lantaran budidaya rumput laut yang telah membawa mereka ke alam rupiah yang melimpah ternyata harus lebur dan hancur dalam sekejab. Tangan mereka belum sempat terpuaskan memegang lembaran rupiah hasil rumput laut yang menjalar di setiap pesisir pantai sabu raijua. Kisah itu berakhir dalam penantian panjang. Namun ketika musim hujan mulai memberi tanda kehidupan di bumi, dan saat mereka telah bersiap dengan lahan yang telah dicangkul dengan sebuah harapan ternyata itupun menjadi mimpi buruk. sebab air dari langit yang disebut hujan itu terlampau sedikit turun di bumi orang sabu raijua. dampaknya tentu semua sudah tahu. para petani mengalami gagal panen bahkan gagal tanam. hidup mereka seakan berakhir disitu bila bantuan beras miskin (Raskin) tak segera menyapa kehidupan bagi orang sabu. ya.. memang benar mereka tiba-tiba menjadi sangat miskin oleh alam yang mulai menampakkan perubahan. namun suku yang dikenal ulet dan memiliki daya tarung yang luar biasa ini tidak mau menyerah. mereka masih memiliki pohon tuak.pohon ajaib dan pohon kehidupan bagi orang sabu. ajaib karena pohon tuak akan mengeluarkan mayang-mayangnya untuk diiris ketika musim panas telah tiba antara bulan april hingga bulan november. namun lagi-lagi kesusahan belum puas menyiksa rakyat dipulau nan gersang itu. karena musim hujan yang datang terlambat dan tak tentu ternyata telah memberi dampak yang luar biasa pada siklus produksi pohon lontar. jika dulu mayang lontar telah keluar pada bulan mei maka tahun ini datang terlambat hingga bulan juli agustus. apesnya saat orang sabu mulai memperbaiki toba due (tempat injakan pada pohon lontar),memakai lengkap peralatan iris dengan ikat pinggang lebar dari pelepah lontar dengan pisau iris di pingggang  serta mereka sudah bersiap dengan periuk untuk memasak gula tiba-tiba musum berubah. pada bulan yang tidak seharusnya datang hujan bumi raiwau harus basah oleh air hujan yang tak diharap. lantas apa masalahnya? bagi pohon lontar jika sudah diiris maka tidak boleh terkena hujan sebab bila itu terjadi maka mayang yang diris akan menjadi kering dan ogah mengeluarkan air nira buat orang sabu. maka Demikian habislah kehidupan mereka. pohon lontar yang mnghasilkan nira untuk dimasak menjadi gula harus kering dan kalaupun masih ada pohon tuak yang bisa diiris maka sudah pasti produksi niranya akan berkurang. musim panas yang penuh perjuangan. lalu apakah hanya pohon tuak yang terkena dampak dari penyimpangan atau anomali cuaca? tidak! orang sabu yang biasanya m3engolah garam lewat pengeringan sinar mataharipun ikut terkena dampak. garam mereka harus rusak, lantaran terkena hujan maka mencair dan meleleh. belum cukup juga disitu para petani tembakau atau petani sayur mayur dimusim kering harus berjibaku dengan ulat daun yang datang karena musim hujan yang datang itu. sehingga orang mulai bertanya hujan itu berkat atau malapetaka? berkat kalau datang pada saat yang tepat dan pada musimnya namun akan berubah menjadi petaka jika datang tidak pada waktu dan musimnya. lantas siapa yang mau disalahkan? apakah alam ??? orang sabu tidak bisa menjawab, mulut mereka terkatup. hanya doa yang mereka panjatkan agar kesulitan dan penderitaan yang bertubi-tubi datang bisa menguatkan mereka. tidak cuma itu mereka juga berharap pemerintah tidak berpangku tangan dikala mereka bersusah sedih lalu ada yang tertawa dalam kegirangan tega menghambur-hamburkan uang mereka yang di sebut rakyat sabu raijua .(bersambung)

Mengintip kehidupan petani menghadapi anomali cuaca di sabu Raijua.(2)

Jangan biarkan damai itu pergi...

Banyak yang tak suka berdiam dinegeri yang terpencil itu. disana hanya ada gersang yang menemani disepanjang tahun kehidupan pulau terluar di wilayah NKRI ini. tapi disana ada damai yang senantiasa bersemi dan bersenandung sepanjang hayat rakyatnya.  dalam sejarah yang pernah dilewati belum pernah orang sabu berteriak lapar yang benar benar lapar. kalau kekurangan mungkin pernah. tapi kini kedamaian itu akankah segera berlalu jika wakil Tuhan di Bumi ini yang disebut pemerintah tidak memperhatikan rakyatnya. dikala sabu telah menjadi otonom apakah ini ujian bagi pemerintahnya dalam mengatisipasi berbagai kerawanan di kabupaten terbungsu yang baru telahir itu? Tuhan.. jangan biarkan damai itu pergi!!!
JOEY RIHI GA,Menia.

Salah satu pemicu terjadinya kerawanan sosial dalam masyarakat adalah faktor kesenjangan ekonomi dan kehidupan yang serba sulit. banyak orang yang stres dan pusing tujuh keliling jika didapur tidak lagi asap mengepul dan perut melilit tak tersisi. maka pelariannya akan mengarah kepada hal hal yang negatif. nah, apakah kondisi ini akan terjadi di sabu raijua saat mereka telah membuka gerbang pemilukada? semua tentu tak berharap demikian. toh sekalipun sulit orang sabu masih bisa terbang kemanpun dengan pesawat yang telah melayni pulaunya setiap hari. mereka masih bisa berlayar dengan kapal ferry dan menimati enaknya berkelana dengan kapal raksasa bernama awu. itu semua usaha pemerintah dan semua elemn yang ada. namun dibalik keberhasilan itu apakah pemerintah kabupaten sabu raijua juga tanggap menghadapi anomali cuaca yang melanda seluruh wilayah bumi fobamora termasuk sabu di dalamnya? sebagai penjabat bupati yang diberi tanggunjawab pada masa transisi di sabu raijua Thobias Uly telah menyrukan bahkan memberi intruski kepada semua SKPD yang ada di sabu raijua untuk tanggap terhadap kenyataan yang sekarang terjadi. seruan itu tentu saja diharapkan tidak saja menjadi naynyian penghibur duka dalam sedih atau sekedar nyanyian sumbang yang akan segera lenyap oleh kencangnya angin timur yang belum berhenti berhembus. dalam seruannya sebagai penjabat bupati tentu saja Thobias uly mengharapkan agar SKPD yang ada dibawah komandonya mampu menerjemahkan setiap program yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. misalnya saja bagaimana dinas pertanian,peternakan, kelautan dan kehutanan sabu raijua kembali memperhatikan para petani rumput laut dengan bantuan yang ada karena saat ini badai pencemaran muali berangsur hilang dan rumput laut kembali menjalar di setiap pesisir laut sabu raijua. sebagai dinas yang memiliki peran penting tentu harus benar benar memperhatiakn kehidupan petaninya yang telah sekarat akibat berbagai hantaman badai gagal panen, pencemaran laut hingga anomali cuaca yang berpengaruh pada produksi niar yang berkurang serta tanaman petani hulkukultura yang diserang ulat daun. ataupun garam masyarakat yang harus mencair akibat hujan yang tak diharap. sudah saatnya pula ketika pemerintah telah berthakta di bumi rai hawu harus memikirkan potensi kelautan yang begitu luar mengelilingi pulau nan kecil ini. tidak saja sebatas pada rumput laut tapi bagimana malkukan terobosan dengan alat penagkap ikan yang moderen yang tak terjangkau oleh ekonomi masyarakatnya. biarlah dengan dana yang tidak tebal bisa dipergunakan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakatnya. sehingga pola kehidupan amphibi bisa diterapkan dalam menghadapi musim yang tak menentu ini.
demikian juga dengan SKPD lainnya bagaimana dinas perindustian mengajarkan masyarat untuk mengembangkan industi kecil dan menengah sebagai alternatif penopang kehidupan ekonomi. seperti mengoptimalkan potensi lokal yang menjadi identitas sebuah wilayah seperti menenun kain adat, membuat gerbah atau aksesoris lainnya dari tanah liat atau menganyam tikatr pandan yang layak dijual ke kular pulau sabu dan kini mulai punah sebagai pemicu semangat masyarakat dalam berkarya dan bekerja memnuhi hidupnya.
ini hanyalah beberapa contoh bagimana pemerintah berperan mengusir segala penderitaan yang dialami masyarakat sabu raijua yang diakibatkan oleh berbagai faktor. jika ini benar benar dilakukan dengan hati maka mustahil damai yang bersemayam di bumi sabu raijua akan pergi meninggalkan rakyatnya. ini tentu tidak gampang harus bergandengan tangan semua elemen yang ada baik yang tinggal dan menetap di sabu maupun yang ada diluar sabu. bukan hanya pemerintah atau dewan tapi semua pihak yang merasa bertanggungjawab untuk membawa sabu menjadi daerah yang sejajar dengan daerah lain di indonesia. ini harapan dan doa sehingga damai itu tidak tidak pernah pergi tapi tetap bersemayam dalam semangat orang sabu yakni mira kaddi hari do memude para lai ( senasib sepenanggungan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing) semoga!!!(habis)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar