Sabtu, 03 September 2011

SURVEI: Bersama Bupati melakukan survei Calon Bandar Udara di Desa Eilode

"Mengikuti jejak awal perjalanan Marthen Dira Tome sebagai Bupati Sabu Raijua (1)"

Berkantor pagi hari, saban siang turun lapangan

Tulisan ini bukan untuk memuji kinerja seorang pejabat, tapi hanya sekedar berbagai pengalaman dari Kabupaten terbungsu di bumi Flobamora yakni Kabupaten Sabu Raijua. Dalam menapak hari-hari menuju sabu yang bukan lagi sekedar kampung halaman, memang perlu jeli mengikuti juragan kabupaten ini kemana saja dia pergi. Orang yang sudah pernah ke Sabu Raijua pasti berujar bahwa untuk membangun daerah ini tidak bisa hanya di komando dari belakang meja saja. Untuk mewujudkan cita-cita rakyat  maka perjalanan ke desa dan pelosok perlu dilakukan.
Joey Rihi Ga, Menia

Kalau mau bertemu bupati sabu raijua marthen dira tome, maka jangan datang disiang hari, sebab dijamin tidak akan bisa menemuinya dikantor. kegemarannya untuk jalan-jalan kelapangan atau ke desa-desa memang menjadi momok yang menakutkan bagi pejabat yang enggan turun desa apalagi berjalan kaki karena mobil tidak bisa masuk hingga pelosok. belum lagi kalau bagi pejabat yang enggan masuk kantor atau suka menggunakan waktu kerja untuk jalan-jalan karena tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu bisa saja sang bupati sudah nongol ddepan kantor. jika sudah demikian maka suasana kikuk dan salah tingkah akan kelihatan, yang biasanya sementara ngalor-ngidul tanpa kerja yang jelas akan terperangah. ini juga menjadi sok terapi bagi para PNS untuk tidak beranjak dari kantornya pada jam kerja. "untuk sekarang ini saya dengan pak wakil sudah membagi tugas dimana saya hanya masuk kantor untuk tandatangan surat atau terima tamu hingga jam 12 siang, setelah itu saya sudah ada dilapangan sampai sore, nanti tugas selanjutnya dilakukan pak wakil. kalau memang ada surat yang sangat penting dan perlu saya tandatangan maka saya harus kembali lagi sorenya ke kantor setelah dari lapangan," demikian jelas marthen dira tome kepada harian ini, ketika ditanya soal kegemarannya saban siang turun desa. walaupun setiap hari harus kelapangan bukan berarti pekerjaan utamanya dibiarkan. jika ada rapat apakah dengan para pimpinan SKPD atau dengan mitra dari lembaga DPRD misalnya maka akan dilakukan pada pagi hari, demikian juga dalam menerima tamu atau menandatangani surat-surat penting. kerinduannya untuk bertemu dan mendengar langsung serta melihat kehiduapan keseharian masyarakatnya sungguh besar sehingga walau harus makan siang hanya kelapa muda atau jagung bakar dan ubi bakar semuanya dinikmati saja oleh bupati. kadang-kadang yang menjadi sibuk adalah masyarakat itu sendiri, mereka seakan tidak rela kalu pimpinan mereka hanya makan siang makanan lokal milik rakyat apalagi sudah membuang waktu mendatangi mereka ke kebun maupun ladang mereka. kalau sudah berada di desa maka komunikasi dilakukannya dengan berbagai elemen, tak perlu harus di dalam rumah dibawah pohon rindang pun bisa dilakukan. hanya sekedar berdialog tentang apa yang ingin dilakukan pemerintah bagi mereka. pokok pembicaraan tidak jauh dari program 100 hari yang sedang dilakukan. atau program kebun rakyat mandiri pada musim kering serta hutan rakyat mandiri, serta berbagai program yang akan dilakukan pemrintah kedepan. seperti sosialisai tentang penertiban ternak, pelebaran jalan, masalah BBM, masalah listri, masalah kelautan, pertanian maupun peternakan serta potensi lain yang perlu dikelola demi kemajuan sabu raijua. kenapa ini perlu dilakukan dan disampaikan langsung sang bupati kepada masyarakat, karena ini melibatkan partisipasi masyarakat. apalagi pola dan tingakh masyarakat masih benar-benar seperti dikampung dan belum menyadari apa yang seharunya mereka lakukan sebagai masyarakat sebuah kabupaten yang otonom dan bukan lagi masyarakat desa atau kecamatan seperti selaa ini mereka lakoni. "kita tidak mungkin mengetahui apa yang terjadi di desa-desa kalau kita terlalu malas untuk turun kesana, bagaimana kita dekat dengan rakyat dan mendengar mereka secara blak-balkan kalau kita tidak merasakan bagaimana kehudpan mereka yang sebenarnya. tidak mungkin mereka mau bicara kalau kita ngomongnya dalam forum atau rapat. nah dengan cara ini saya ingin agar masyarakat ini benar-benar berpartisipasi dalam setiap aspek pembangunan,saya ingin agar setiap orang sabu harus mampu berpikir jauh melapaui apa yang orang lain pikirkan dan mampu berbuat melampaui apa yang orang lain perbuat"jelas marthen.
walaupun demikian bukan berarti bupati marthen dira tome lupa untuk melakukan loby ke pusat untuk mendapatkan dana bagi pembangunan di kabupaten sabu raijua. sebab dengan APBD yang cukup kecil pemrintah sabu raijua tentu tidak bisa berharap banyak untuk melakukan percepatan pembangunan. untuk itu maka loby-loby tetap dilakukan oleh bupati. keinginannya agar mindset orang sabu harus dirubah dalam menunjang pembangunan memang harus dilakukan dengan cara dan buadaya orang sabu raijua. salah satunya jangan pakai pendekatan kekuasaan tapi memakai pendekatan adat dan budaya masyarakat yang ada supaya apa yang ingin dilakukan pemerintah dan apa yang inginkan masyarakat bisa jalan beriringan. dia juga tidak mau menunda-nunda sebuah pekerjaan yang nisa diselsaikan, ya pasti segera diselasaikan. untuk itu maka bupati dan wakil bupati sudah menyepakati agar salah satu dari mereka harus berada di sabu raijua jika salah salah satu dari mereka bepergian keluar daerah. "para pejabat tidak boleh malas turun kebawah akrena disana ada masyarakat, jangan menunggu di kantor karena kita akan sulit mengetahui apa yang sedang terjadi dimasyarakat, saya berharap agar semua pejabat dan staf yang ada harus rajin turun ke desa untuk mengetahui apa yang terjadi ditengah masyarakat supaya ketika kita mengambil kebijakan tidak sampai melukai kpentingan masyarakat itu sendiri," ujarnya retoris. (bersambung)

Mengikuti jejak awal perjalanan Marthen Dira Tome sebagai Bupati Sabu Raijua (2-habis)

Bupati berlari sambil tersenyum, yang dibelakang terengah-engah.

Mobil masuk lumpur,dan bupati harus turun jalan kaki,atau ada yang sampai terjatuh dalam pematang sawah merupakan kisah tersendiri dalam mengikuti jejak awal perjalanan marthen dira tome sebagai bupati sabu raijua. yang lucu kalau sudah berjalan naik turun lembah bupatinya berlari sambil tersenyum tapi yang mengikutinya dari belakang terangah-engah melawan rasa lelah. apalagi kalau perut sudah minta diisi. mau berhnti malu dari bupati. lucu dan menggelikan.
Joey Rihi Ga, Menia.

Suasana dikantor Bupati Sabu Raijua pada awal minggu senin 7 Februari lalu nampak sunyi. waktu telah menunjukan pukul 12:30 siang, saatnya perut harus segera diisi, namun pintu ruangan bupati Sabu Raijua terbuka dan Bupati keluar dari ruangannya. "Ayo kita ke desa teriwu mau liat lokasi hutan rakyat mandiri untuk kecamatan sabu barat,"ujar Bupati singkat. Terpaksa dengan perut yang melilit harus segera mengkuti bupati. untungnya mobil DH I SR tidak terlalu tabu bagi penumpang lain sehingga bisa nunut dengan bupati. sampai di desa teriwu sudah pukul 14:00 siang. camat sabu barat wempy imanuel riwu dan kepala desa teriwu Jemy radja serta beberapa tokoh masyarakat dan pemilik tanah sudah menanti. bupati langsung diarahkan menuju lokasi yang akan dijadikan hutan rakyat mandiri.dongkolnya, kepala desa teriwu jemy radja seperti sengaja membawa kami berkeliling melewati jalan yang panjang. tidak tahu kalau perut lagi keroncogan. ketika melewati pematang sawah dan harus hati-hati berjalan bupati sabu raijua yang berada paling depan mengumpan rombongan yang lain untuk berlari dipematang. sontak yang lain ikut berlari. camat sabu barat yang berada persis dibelakang bupati seakan tidak mau kalah dan ketika bupati melakukan lompatan, pak camat juga ikut. tapi naas, lompatan pak camat tak selincah lompatan pak bupati. maklum saja pak bupati adalah psilat sementara pak camat bukan. "Bruuuk" pak camat terjatuh dalam sawah dari pematang yang tingginya satu meter lebih. basah kusup. sontak semua tertawa. lucu memang, tapi bisa mengobati rasa lapar yang sudah kian menggerogoti. perjalanan terus berlanjut kira-kira dua kilo jauhnya. tiba ditempat lokasi bupati lalu memberikan arahan dari masyarakat. herannya entah mereka datang dari mana tapi tiba-tiba saja mereka sudah banyak jumlahnya. setelah melakukan dialog singkat serta memperkenalkan jagawana yang akan mengurus hutan tersebut kami akhirnya kembali ke rumah kepala desa. disana ternyata kepala desa sudah siapkan makan sehingga kami bisa mengisi perut sebelum pulang. itu kisah di desa teriwu. lain lagi ketika kami melakukan perjalanan ke desa huwaga kecamatan sabu timur dan desa matei kecamatan sabu tengah pada sabtu 19 maret lalu. di desa huwaga bupati ingn melihat lokasi hutan rakyat mandiri sementara di desa matei ingin melakukan panen perdana ikan bersama masyarakat setempat. jalan menuju desa huwaga ditempuh pada siang bolong dengan kondisi jalan kampung yang sulit. belum lagi harus berjalan kaki cukup jauh untuk sampai pada lokasi hutan rakyat mandiri yang tanahnya sudah dihibahkan masyarakat. sepulang dari dewa huwaga kecamatan sabu timur kami menuju desa matei kecamatan sabu tengah. bupati mau melewati jalan baru yang dirintis masyarakat lewat program PNPM todak lagi melewati jalan aspal. samapi ditengah perjalanan kondisi jalan benr-benar memprihatinkan. mobil DH I SR masuk lumpur. bupati harus turun jalan kaki dan rombongan yang lain harus mendorong mobil keluar dari lumpur. "beginialah enaknya kalau kita turun ke desa, bisa tau kondisi sebenarnya. ini juga mengajrkan kita untuk dorong mobil,"ujar bupati sambil terkekeh.
setiba di desa matei ternyata tambah ikan milik masyarakat ada dilmabh yang curam sehingga kembali harus jalan kaki. naik turun lembah karena mobil tidak bisa turun. ada masyarakat yang menawarkan jasa ojek bagi pak bupati tapi bupati tidak mau menghukum rombongan yang lain berjalan kaki, sehingga bupati juga ikut berjalan kaki dengan rombongan yang lain. benar-benar melelahkan. bupati bahkan sampai harus duduk ketika tiba ditambak masyarakat. "capak juga," ujar bupati tersenyum. belum lima menit bupati diajak masyarakat untuk melihat tambak mereka serta memantau tiga titik mata air yang ada disekirt laoksi tersebut yang katanya tidak pernah kering walaupun musim kemarau cukup mengganas. selepas memantau mata air rombongan kembali ketmbak ikan yang sudah dikeringkan. bupati lalu didaulat untuk menangkap ikan milik masyarakat. ikannya besar dan gemuk. usai panen ikan, rupanya masyarakat sudah menyiapkan kepala muda dan ikan bakar hasil tambak mereka. kami makan dikebun. seperti lagu pesta di kobong begitulah kira-kira suasananya. sebelum kami beranjak, bupati melakukan dialog dengan masyarakat yang sudah berjubel datang ingin melihat secara dekat bupati mereka. kerinduan mereka untuk bertemu muka dengan muka cukup tersirat dari wajah-wajah mereka. lugu dan kampung. bupati membri mereka semangat dengan mencontohkan hasil panen dari tambak ikan yang ada. bupati juga menyampaikan berbagai program yang akan dilakukan dimana partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. hari telah berajak senja dan kami harus kembali. dua tulisan ini hanya ingin menggambarkan bagaimana keseharian bupati sabu raijua. semoga menjadi hikmah untuk pejabat kita untuk tidak sekedar memrintah dari belakang meja tapi perlu turun dan mendengarkan secara langsung apa yang terjadi ditengah masyarakat.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar