Jumat, 30 November 2018

Menyambut Nyale Bersama Para Rato di Pantai Wanukaka


Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi sedang menyalami para Rato

Hari baru hampir subuh, namun suasana di Hotel Manandang, Waikabubak, Sumba Barat sudah riuh oleh canda para penghuni yang berusaha keras melawan kantuk yang mendera. Jarum jam baru menunjukkan pukul 04:30 pagi tapi restoran hotel sudah menyiapkan kopi bagi para penghuni yang seperti tergesa-gesa pergi. Maklum, hari itu, Kamis 8 Maret 2018 adalah hari mencari nyale atau cacing laut dan akan dilanjutkan dengan atraksi pasola di Wanukaka, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat. Pasola adalah tradisi yang sudah menjadi magnet bukan saja bagi penghuni pulau seribu kuda tapi juga bagi penduduk dunia.

Diantara para penghuni lokal dan beberapa warga asing di pagi itu, ada Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Mereka berdua sudah siap sejak subuh. Menggunakan pakaian laksana rato, mereka ingin pergi melihat secara langsung prosesi mencari Nyale di Pantai Wanukaka. Pasangan yang dikenal dengan Paket Victory-Joss ini tidak mau jika bicara tentang pariwisata tanpa melihat langsung denyut dan detak potensi wisata budaya yang ada di pulau Sandalwood itu. Mereka berdua bahkan mengosongkan jadwal kampanye demi melihat prosesi pencarian nyale dan atraksi pasola. Mencari Nyale adalah sebuah ritual sekaligus tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Sumba Barat yang masih menganut kepercayaan Marapu.

Ketika rombongan tiba di pantai Wanukaka, suasana masih remang. Awan di sebelah timur baru merangkai warna jingga, pertanda matahari sebentar lagi akan menyapa bumi. Walau masih remang, tapi pantai berpasir putih itu sudah dipenuhi oleh manusia.  Ada yang datang memang untuk mencari nyale, ada juga yang sekedar datang hanya untuk menonton sambil menunggu atraksi pasola dimulai. Rumah-rumah warga di pantai wanokaka dipenuhi para tamu. Tempat itu seperti menjadi lautan manusia dalam tempo sehari satu malam.

Saat Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi turun ke pantai mereka menjadi perhatian sebab hanya mereka calon gubernur dan wakil gubernur yang merelakan waktu nyeyak saat subuh untuk bersama masyarakat Sumba Barat. Dibagian selatan pantai, para rato sudah bersiap untuk melakukan prosesi. 

Viktor dan Josef datang menyapa mereka sambil bertanya bak kuli tinta. Sambil memberikan penjelasan kepada calon pemimpin NTT kedepan itu, enam orang rato menanti waktu yang tepat untuk melakukan ritual. Ketika warna jingga menghiasi ufuk timur dua orang rato turun kelaut. Keduanya seperti sedang memanggil sesuatu. Mereka memanggil kehadiran Nyale untuk selanjutnya diambil secara massal.

Dua orang rato yang tadinya turun ke laut kemudian kembali ke pantai dimana Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi menunggu bersama empat rato lainnya. Ditangan keduanya sudah ada beberapa ekor nyale. Bentuknya seperti cacing tapi berwarna-warni. “Nyale kali ini tidak ada yang putus, tubuhnya utuh. Ini pertanda kemakmuran. Hasil panen akan melimpah. Jika nyale ada yang putus berarti hama tikus akan merusak tanaman, jika ada yang hancur maka tanaman akan busuk. Ini semuanya sempurna,” ungkap salah satu rato kepada Viktor dan Josef.

Rato lainnya secara rinci menjelaskan, nyale ketika hendak dibawa untuk dipersembahkan tidak disebut sebagai nyale tapi “lele lima, rewo koko” yang berarti gelang dan kalung yang hendak dipersembahkan. Viktor dan Josef mendengar secara seksama setiap penjelasan dari para rato walaupun begitu banyak orang yang sudah menunggu mereka untuk berswafoto. “Dulu kami ada 12 rato disini. Setiap prosesi seperti ini semuanya harus lengkap. Sekarang kami tinggal enam rato sebab enam lainnya sudah menjadi nasrani,” ungkapnya.

Viktor Laiskodat mengatakan, pulau Sumba tidak hanya indah fisiknya tapi juga memiliki budaya yang atraktif. Kenapa dia harus datang kata Viktor sebab pariwisata adalah salah satu lokomotif yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat NTT sehingga ada lompatan besar dalam pembangunan. “Pemimpin tidak boleh hanya bicara dan bermimpi, tapi bagaimana dia merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat. Saya datang kesini bukan untuk berwisata tapi untuk melihat secara langsung sebuah atraksi budaya yang telah menjadi magnet dan menarik banyak orang untuk datang,” ungkap Viktor.

Kehadiran Viktor dan Josef di pantai wanukaka seperti bintang yang bersinar. Membuat semua  mendekat dengan camera masing-masing. Keduanya yang berpakaian adat membuat masyarakat tertarik dan merasa dekat dengan kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Nadem, Golkar, Hanura dan PPP ini. Mereka juga tidak kikuk dan terlihat menikmati permintaan warga untuk foto bersama.

Usai melihat prosesi tangkap Nyale, Viktor Laiskodat sempat menaiki seekor kuda dimana kekangnya dipegang oleh Josef Nae Soi. Sambil menunggu atraksi pasola dipantai, Viktor dan Josef selalu bercanda riang. Mereka seperti dua anak muda yang bergaul tanpa sekat. Viktor terlihat sering usil dengan Josef seperti mencubit betis dari belakang yang membuat Josef Nae Soi terkejut. Keduanya bergembira seperti matahari yang tersenyum menyapa pantai Wanukaka pagi itu. (yohanis rihi ga).