Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi sedang menyalami para Rato |
Hari baru hampir subuh, namun
suasana di Hotel Manandang, Waikabubak, Sumba Barat sudah riuh oleh canda para
penghuni yang berusaha keras melawan kantuk yang mendera. Jarum jam baru
menunjukkan pukul 04:30 pagi tapi restoran hotel sudah menyiapkan kopi bagi
para penghuni yang seperti tergesa-gesa pergi. Maklum, hari itu, Kamis 8 Maret
2018 adalah hari mencari nyale atau cacing laut dan akan dilanjutkan dengan
atraksi pasola di Wanukaka, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat. Pasola
adalah tradisi yang sudah menjadi magnet bukan saja bagi penghuni pulau seribu
kuda tapi juga bagi penduduk dunia.
Diantara para penghuni lokal dan
beberapa warga asing di pagi itu, ada Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Mereka berdua sudah siap sejak subuh.
Menggunakan pakaian laksana rato, mereka ingin pergi melihat secara langsung
prosesi mencari Nyale di Pantai Wanukaka. Pasangan yang dikenal dengan Paket
Victory-Joss ini tidak mau jika bicara tentang pariwisata tanpa melihat
langsung denyut dan detak potensi wisata budaya yang ada di pulau Sandalwood
itu. Mereka berdua bahkan mengosongkan jadwal kampanye demi melihat prosesi
pencarian nyale dan atraksi pasola. Mencari Nyale adalah sebuah ritual
sekaligus tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Sumba Barat yang masih
menganut kepercayaan Marapu.
Ketika rombongan tiba di pantai
Wanukaka, suasana masih remang. Awan di sebelah timur baru merangkai warna
jingga, pertanda matahari sebentar lagi akan menyapa bumi. Walau masih remang,
tapi pantai berpasir putih itu sudah dipenuhi oleh manusia. Ada yang
datang memang untuk mencari nyale, ada juga yang sekedar datang hanya untuk
menonton sambil menunggu atraksi pasola dimulai. Rumah-rumah warga di pantai
wanokaka dipenuhi para tamu. Tempat itu seperti menjadi lautan manusia dalam
tempo sehari satu malam.
Saat Viktor Laiskodat dan Josef
Nae Soi turun ke pantai mereka menjadi perhatian sebab hanya mereka calon
gubernur dan wakil gubernur yang merelakan waktu nyeyak saat subuh untuk
bersama masyarakat Sumba Barat. Dibagian selatan pantai, para rato sudah
bersiap untuk melakukan prosesi.
Viktor dan Josef datang menyapa mereka sambil bertanya bak kuli tinta. Sambil memberikan penjelasan kepada calon pemimpin NTT kedepan itu, enam orang rato menanti waktu yang tepat untuk melakukan ritual. Ketika warna jingga menghiasi ufuk timur dua orang rato turun kelaut. Keduanya seperti sedang memanggil sesuatu. Mereka memanggil kehadiran Nyale untuk selanjutnya diambil secara massal.
Viktor dan Josef datang menyapa mereka sambil bertanya bak kuli tinta. Sambil memberikan penjelasan kepada calon pemimpin NTT kedepan itu, enam orang rato menanti waktu yang tepat untuk melakukan ritual. Ketika warna jingga menghiasi ufuk timur dua orang rato turun kelaut. Keduanya seperti sedang memanggil sesuatu. Mereka memanggil kehadiran Nyale untuk selanjutnya diambil secara massal.
Dua orang rato yang tadinya turun ke
laut kemudian kembali ke pantai dimana Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi
menunggu bersama empat rato lainnya. Ditangan keduanya sudah ada beberapa ekor
nyale. Bentuknya seperti cacing tapi berwarna-warni. “Nyale kali ini tidak ada
yang putus, tubuhnya utuh. Ini pertanda kemakmuran. Hasil panen akan melimpah.
Jika nyale ada yang putus berarti hama tikus akan merusak tanaman, jika ada
yang hancur maka tanaman akan busuk. Ini semuanya sempurna,” ungkap salah satu
rato kepada Viktor dan Josef.
Rato lainnya secara rinci
menjelaskan, nyale ketika hendak dibawa untuk dipersembahkan tidak disebut
sebagai nyale tapi “lele lima, rewo koko” yang berarti gelang dan kalung yang
hendak dipersembahkan. Viktor dan Josef mendengar secara seksama setiap
penjelasan dari para rato walaupun begitu banyak orang yang sudah menunggu
mereka untuk berswafoto. “Dulu kami ada 12 rato disini. Setiap prosesi seperti
ini semuanya harus lengkap. Sekarang kami tinggal enam rato sebab enam lainnya
sudah menjadi nasrani,” ungkapnya.
Viktor Laiskodat mengatakan, pulau
Sumba tidak hanya indah fisiknya tapi juga memiliki budaya yang atraktif.
Kenapa dia harus datang kata Viktor sebab pariwisata adalah salah satu
lokomotif yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat NTT sehingga ada lompatan
besar dalam pembangunan. “Pemimpin tidak boleh hanya bicara dan bermimpi, tapi
bagaimana dia merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat. Saya datang
kesini bukan untuk berwisata tapi untuk melihat secara langsung sebuah atraksi
budaya yang telah menjadi magnet dan menarik banyak orang untuk datang,” ungkap
Viktor.
Kehadiran Viktor dan Josef di pantai
wanukaka seperti bintang yang bersinar. Membuat semua mendekat dengan
camera masing-masing. Keduanya yang berpakaian adat membuat masyarakat tertarik
dan merasa dekat dengan kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung
Nadem, Golkar, Hanura dan PPP ini. Mereka juga tidak kikuk dan terlihat
menikmati permintaan warga untuk foto bersama.
Usai melihat prosesi tangkap Nyale,
Viktor Laiskodat sempat menaiki seekor kuda dimana kekangnya dipegang oleh
Josef Nae Soi. Sambil menunggu atraksi pasola dipantai, Viktor dan Josef selalu
bercanda riang. Mereka seperti dua anak muda yang bergaul tanpa sekat. Viktor
terlihat sering usil dengan Josef seperti mencubit betis dari belakang yang
membuat Josef Nae Soi terkejut. Keduanya bergembira seperti matahari yang
tersenyum menyapa pantai Wanukaka pagi itu. (yohanis rihi ga).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar